white purple white purple white purple white purple white purple white purple white purple

Jumat, 15 November 2013


                                                    FUNGSI PENDIDIDKAN.


Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.

Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi (1) melakukan reproduksi budaya, (2) difusi budaya, (3) mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional, (4) melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan (5) melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan.

Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.

Pada masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme kompetisi sehat, sikap kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai tersebut semuanya sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa. Usaha-usaha sekolah untuk mengajarkan sistem nilai dan perspektif ilmiah dan rasional sebagai lawan dan nilai-nilai dan pandangan hidup lama, pasrah dan menyerah pada nasib, ketiadaan keberanian menanggung resiko, semua itu telah diajarkan oleh sekolah sekolah sejak proses modernisasi dari perubahan sosial Dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah, cara-cara analisis dan pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasi yang kritis orang akan cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya.

Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan.

Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, seperti yang diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negara-negara yang sudah maju, pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan kritis ini telah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka mata masyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan penyebaran penemuan baru lainnya.

Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan modifikasi (perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan saja efektif dalam pengembangan pnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap penghargaan masyarakat akan nilai-nilai manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila dalam masyarakat tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi tatanan-tatanan sosial ekonomi dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-penalaran yang rasional. Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang berasaskan keadilan, pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi sepanjang diperoleh melalui cara-cara objektif dan keterbukaan, misalnya dalam bentuk mobilitas vertikal yang kompetitif.

Fungsi Sekolah dalam Masyarakat

DI muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu (1) sebagai partner masyarakat dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja. Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
 
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.

Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.

Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting eksistensi dan produk sekolahan.
  


           Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan pada akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.
Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas kelulusan, kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standard setting.
Manfaat pengaturan standar ujian akhir:
Manfaat pengaturan standar ujian akhir:

    Adanya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi minimum.
    Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar minimum pencapaian kompetensi.

Jumat, 27 September 2013

Sistem Pendidikan di Jerman

Pendidikan PraPerguruan Tinggi

Berbeda dengan di Indonesia yang menganut sistem pendidikan tiga jenjang SD-SLTP-SLTA, Jerman hanya memiliki dua jenjang pendidikan Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).

Jenjang Pendidikan Pra Perguruan Tinggi di Jerman memerlukan waktu tempuh normal selama 13 tahun (berbeda dengan di Indonesia, dimana pendidikan SD-SLTP-SLTA bisa diselesaikan hanya dalam waktu 12 tahun). Pendidikan sekolah dasar (Grundschule) diberikan dari kelas 1 - 6, dan setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk memilih melanjutkan ke Gymnasium, Realschule atau Berufschule.

Gymnasium diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari kelas 7 – 13, dan setelah lulus mereka diberi ijazah yang dikenal sebagai „Abitur“. Jadi sebelum masuk ke perguruan tinggi, seorang siswa menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah selama 13 tahun. Berufschule diperuntukkan bagi siswa-siswa yang langsung dipersiapkan memasuki dunia kerja dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah keduanya. Kalau dianggap bagus, siswa dari Realschule bisa meneruskan ke Gymnasium untuk mendapatkan Abitur, atau bisa juga langsung memasuki dunia kerja.


Pendidikan Tinggi

Setelah mendapatkan Abitur, siswa langsung bisa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi. Berbeda dengan calon mahasiswa di Indonesia yang harus mengikuti ujian tertulis (UMPTN), disini calon siswa sama sekali tidak perlu mengikuti ujian seleksi. Calon mahasiswa tinggal mengirimkan berkas lamarannya, dan universitas akan langsung memutuskan berdasarkan nilai Abitur. Hal tersebut bisa dilakukan karena pendidikan di seluruh Jerman, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi, memiliki kualitas yang bisa dikatakan sama.  

Untuk menjamin kualitas yang merata di semua sekolah, setiap anak wajib masuk ke sekolah terdekat yang telah ditunjuk oleh pemerintah (Bila memilih untuk belajar di sekolah selain yang telah ditunjuk, maka orang tuanya harus mengajukan permintaan khusus disertai dengan alasan-alasannya). Sebaliknya, pemerintah pun menyediakan guru-guru dan fasilitas pendidikan yang merata di semua sekolah, baik di kota besar maupun di pelosok yang jauh dari kota.


Universitas dan Fachhochschule

Ada dua jenis pendidikan tinggi di Jerman, yaitu Universität (universit, selanjutnya disingkat UNI) dan Fachhochschule (applied university, selanjutnya disingkat FH).

Perbedaan antara UNI dan FH diantaranya bisa disebutkan sebagai berikut:

1) Materi perkuliahan.UNI lebih menekankan ke teori dan kepadanya diberikan tanggung jawab dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Komposisi antara teori dan praktek di UNI berkisar 60:40. Sebaliknya, FH (sesuai dengan namanya) lebih menitik beratkan ke aspek terapan, dengan komposisi teori dan terapan 40:60.

2)  Jadwal perkuliahan. Jadwal perkuliahan di UNI adalah Okt-Maret untuk musim dingin (Winter Semester) dan April-September untuk musim panas (Sommer Semester). Sebaliknya untuk FH perkuliahan dimulai lebih dini, yaitu Agustus-Januari untuk musim dingin (WS) dan Februari-Juli untuk musim panas (SS).

3)  Waktu melamar. Karena perbedaan waktu kuliah sebagaimana disebutkan pada 2), maka jadwal untuk proses seleksi pun juga berbeda. Pendaftaran di FH ditutup lebih cepat dibandingkan dengan di UNI. (cari jadwal lebih detail)



Program yang Ditarawkan:


a) Program klasik

Berbeda dengan di Indonesia dan sistem 3 jejang (Sarjana-Magister-Doktor), sampai saat ini Jerman masih menganut pendidikan tinggi dengan dua jenjang, yaitu Diplom (Dipl.) dan Doktor (Dr).

Dalam jenjang Diplom ini, pada tahun-tahun pertama mahasiswa diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah dasar (dikenal dengan nama Grundstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah di Grundstudium mahasiswa diberi sertifikat Vordiplom, akan tetapi sertifikat ini bukanlah gelar kesarjanaan. Untuk menyelesaikan Vordiplom, mahasiswa memerlukan waktu sekitar 2,5 tahun. Setelah mendapatkan Vordiplom, barulah mahasiswa diijinkan mengambil mata kuliah keahlian pada level yang lebih tinggi (dikenal dengan Hauptstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah Hauptstudium, barulah mahasiswa diijinkan menulis tugas akhir (dikenal dengan nama Diplomarbeit) sebagai syarat kelulusan Diplom. Jadi, Diplom adalah gelar resmi pertama yang diperoleh setelah seseorang menyelesaikan studinya di UNI atau FH.


Antara Diplom UNI dan Diplom FH memiliki perbedaan-perbedaan, diantaranya:

1)    Diplom FH bisa diselesaikan dalam waktu 4,5 tahun sedangkan Diplom UNI baru bisa diselesaikan dalam waktu 5 tahun.

2)    Diplom FH memiliki muatan terapan yang lebih besar (60% perkuliahan) dibandingkan dengan Diplom UNI (40% perkuliahan).

3)    Diplom FH tidak dirancang untuk melanjutkan ke jengang Doktor. Apabila pemegang Diplom UNI ingin melanjutkan ke program Doktor, maka yang bersangkutan harus mengikuti proses persamaan terlebih dahulu. Dalam fase ini, kepadanya diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah pada level Hauptstudium. Bisa juga ia mengikuti program Master terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke program Doktor. Sebaliknya, pemilik gelar Diplom UNI bisa langsung melanjutkan studi ke jenjang Doktor.


b) Program Baru

Berdasarkan Kesepakatan Bologna tahun 1999, semua negara EU bersepakat untuk menyesuakan sistem pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal ini perlu dilakukan karena Kesepakatan Maastricht tahun 1992 menjamin bahwa semua negara EU harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh Universitas maupun lembaga profesi di negara-negara EU lainnya.

Dari Kesepakatan Bologna 1999 tersebut, salah satu isinya adalah semua negara EU akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang Bachelor-Master-Doktor. Disepakati pula bahwa Bachelor (dengan waktu tempuh 3-4 tahun) adalah gelar kesatjanaan pertama yang diberikan oleh Universitas, dimana pemilik gelar tersebut diyakini telah siap memasuki dunia kerja. Program pendidikan Master adalah pendidikan lanjutan setelah bachelor dan diberikan selama 2 tahun.


Berdasarkan kesepakatan Bologna 1999 tersebut, UNI dan FH di Jerman telah mulai mengkonversi sistem lamanya Diplom-Doktor ke sistem baru Bachelor-Master-Doktor. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika saat ini telah ada jengang Bachelor-Master di ahmpir semua UNI dan FH. Paling lambat tahun 2010 semua UNI dan FH di Jerman harus sudah mengadopsi sistem Bachelor-Master-Doktor seratus persen. Di Feie Universität Berlin dan Humboldt Universität zu Berlin bahkan sistem ini sudah akan diadopsi penuh paling lambat tahun 2007.
 
 
 
 
 

Mutu Pendidikan di Indonesia Masih Rendah?

Sabtu, 01 Juni 2013 16:42 wib
Rachmad Faisal Harahap - Okezone
Ilustrasi. (Foto: Heru Haryono/okezone) Ilustrasi. (Foto: Heru Haryono/okezone)
JAKARTA - Pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu bangsa. Pembangunan ekonomi suatu bangsa bisa terjadi dengan adanya transformasi sosial dalam suatu bangsa. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah upaya untuk membina kaum generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc mengatakan bahwa akses pendidikan masih bisa ditingkatkan.

"Dari segi akses kita sudah bagus, tapi dari mutu dan daya saing kurang, program-program dari pendidikan tinggi (Dikti) akses masih ditingkatkan lagi," ujarnya, dalam sambutan peresmian USBI di Sampoerna Strategic Square, Jakarta Selatan, Sabtu (1/6/2013).

Untuk meningkatkannya, lanjut dia, dengan menggunakan dana abadi pendidikan untuk meningkatkan mutu penelitian dan pendidikan terkait kualitas.

"Kalau kita lihat bahwa akses sudah besar, tapi pada kenyataannya untuk bisa memberikan akses yang bermutu masih kurang," ucapnya.

Menurutnya, 5,4 juta orang yang kuliah yang terdiri dari perguruan tinggi negeri (PTN) 1,1 juta orang dan 2,9 juta di perguruan tinggi swasta (PTS). "Tapi ingat, bahwa yang bisa menikmati pendidikan ini hanya 30 persen," katanya.

Pemerintah menyadari, untuk meningkatkan akses untuk masyarakat menengah ke bawah membuat program bidik misi.

"Untuk itu Dikti sangat berterima kasih kepada sampoerna untuk ikut mencerdaskan anak bangsa, ini sangat kita apresiasi, USBI yang unggul di Indonesia maupun di kancah internasional," katanya.

Dia menyampaikan pesan Mendikbud, bahwa pendidikan tinggi adalah strategi untuk memutus rantai kemiskinan, Dikti punya tanggung jawab di perguruan tinggi 20 persen untuk menjamin siswa miskin.

"Ini tujuannya adalah untuk memutus rantai kemiskinan, 20 persen dari USBI dapat beasiswa, tidak hanya itu tapi biaya hidup juga," imbuhnya. 


Sistem pendidikan di Inggris

 

Inggris dikenal dengan standar pendidikannya yang tinggi, sistem pendidikan Inggris telah banyak mempengaruhi banyak negara dan adalah rumah untuk beberapa universitas terkenal. 
Sekolah Dasar
Pendidikan wajib di Inggris dimulai dari usia 5 tahun dengan sekolah dasar. Siswa naik dari kelas 1 sampai 6 tanpa ujian, meskipun kemampuan mereka diuji di usia 7 tahun. Penekanan ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal. Siswa belajar mata pelajaran inti seperti Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah, geografi, musik, seni dan olahraga.

Sekolah Menengah Atas
Siswa memulai sekolah menengah pada usia 11 tahun, dimana menjadi kewajiban untuk lima tahun berikutnya. Di setiap jenjangnya, siswa memperdalam pengetahuan mereka pada mata pelajaran inti dan ditambah setidaknya 1 bahasa asing. Di tahun ke-4, mereka mulai bersiap untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary Education atau GCSE. Siswa akan diuji di 9 atau 10 topik GCSE yang mereka pilih.
A-Levels di Sekolah Menengah Atas
Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan sekolah untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau melanjutkan 2 tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal dengan "A-Levels." Secara umum, siswa yang ingin masuk ke universitas akan belajar 3-4 subyek untuk ujian A-Levels. Ini kerap dilakukan di sekolah yang dinamakan Sixth Form Colleges. Makin tinggi nilai ujian A-Levels, makin baik peluang siswa untuk masuk ke universitas pilihannya.

Program Sarjana
Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan "art" dan "sciences". Program biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa menyelesaikan pelajaran dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian akhir. Syarat penerimaan bagi siswa internasional termasuk kefasihan bahasa Inggris (min IELTS 6.0), tambahan 1 tahun sekolah menengah, dikenal dengan University Foundation Year atau nilai A-Level.

Pasca Sarjana atau PhD
Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana tradisional biasanya dibidang "Arts" (MA) atau "Sciences" (MSc). Gelar pasca sarjana yang makin populer adalah Masters in Business Administraion (MBA). Program Master berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun di sekolah dan riset serta disertasi.
 
 
 
Berkaca melihat Pendidikan di Negeri Sakura
20 Fakta Sekolah di Jepang

Jepang memang tidak hanya maju dengan industrinya. Rupanya sistem pendidikan di Jepang sudah dirancang sedemikian rupa agar sumber daya manusianya bisa berkembang dengan baik. pendidikan dasar yang manjadi akar pendidikan selanjutnya, sangat diperhatikan dengna serius oleh Negara matahari terbit ini. buktinya wajib belajar 9 tahun diselenggrakan tanpa dipungut biaya dari orang tua murid. Bahkan pihak sekolah akan menyurati para orang tua untuk mendaftarkan anaknya masuk sekolah, ketika usia anak sudah masuk usia sekolah.

Hal itu bisa terjadi lantaran administrasi kependudukan di Jepang juga sudah tersusun dengan rapi. Data kependudukan satu kelurahan atau distrik terdata dengan akurat di kantor kelurahan. Selain itu, atauran di Jepang juga mengharuskan para orang tua menyekolahkan di wilayah tempat tinggal mereka. Pendidikan sebagai pondasi dasar dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, benar-benar konsisten. Hasilnya, Jepang berhasil sebagai negara Industri maju karena manusianya tangguh menghadapi persoalan hidup.

Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang terlihat lebih menitikberatkan pada pentingnya "moral". Moral menjadi fondasi yang ditanamkan "secara sengaja" pada anak-anak di Jepang satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap seluruh mata pelajaran dan kehidupan. Seperti sistem pendidikan dasar di Jepang yang dikenal sebagai shougakkou, pelajaran di sekolah lebih menitik beratkan penanaman nilai-nilai moral, ketimbang menjejali murid dengan materi pelajaran yang berat-berat.

Selain itu, wajib belajar 9 tahun mulai dari SD yang dijalani 6 tahun dan SMP menghabiskan 4 tahun, benar-benar dijalankan secara gratis. Seluruh biaya ditanggung pemerintah. Jika harus ada bayaran, hal itu hanya untuk biaya makan siang anak di kantin sekolah atau saat rekreasi dari sekolah. Meski sekolahnya berstatus negeri, soal kualitas pendidikannya tidak meragukan. Hal itu karena kurikulum sekolah, sarana dan prasarana maupun tenaga pengajar, benar-benar dijaga agar sesuai standar yang sudah ditetapkan pemerintah. Hasilnya, mutu pendidikan wajib belajar 9 tahun, dimana-mana sama semua. Tidak ada istilah mutu lulusan sekolah pinggiran, kalah bersaing dengna mutu lulusan sekolah kota besar.
Wajib sekolah berlaku bagi anak usia 6 sampai 15 tahun, tetapi kebanyakan anak bersekolah lebih lama dari yang diwajibkan. Tiap anak berskolah di SD pada usia 6 tahun hingga 12 tahun, lalu SMP hingga usia 15 tahun. Pendidikan wajib ini bersifat cuma-cuma bagi semua anak, khususnya biaya sekolah dan buku. Untuk alat-alat pelajaran, kegiatan di luar sekolah, piknik dan makan siang di sekolah perlu membayar sendiri. Namun bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat dan daerah.
Disamping itu ada juga bantuan untuk kebutuhan belajar, perawatan kesehatan, dan lain-lain. Seorang anaka yang telah tamat SD diwajibkan meneruskan pendidikannya kejenjang SMP. Dengan demikian, sekolah wajib ditempuh selama 9 tahun; 6 tahun di SD dna 3 tahun di SMP. Hampir semua siswa di Jepang belajar bahasa inggris sejak tahun pertama SMP, dan kebanyakkan mempelajarinya paling tidak selama 6 tahun. Mata pelajaran wajib di SMP adalah bahasa Jepang, Ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, seni rupa, pendidikan jasmani dan pendidikan kesejahteraan keluarga.
Berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainana setiap hari selama seminggu sehingga jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda. Berikut ini beberapa Fakta Sekolah di Jepang;
  1. Tahun ajaran dimulai bulan April-Maret tahun berikutnya, berlaku untuk semua jenjang SD-PT.
  2. Biaya sekolah SD-SMP Gratis.
  3. Waktu sekolah menggunakan sistem caturwulan dan Agustus-September libur musim panas selama 40 hari.
  4. Bulan September masuk 5 kali dalam seminggu.
  5. Wajib belajar mulai usia 6 tahun sampai 15 tahun (SD-SMP). Orangtua kedapatan tidak sekolahkan anak, mendapat hukuman.
  6. Semua Siswa niak kelas, sehingga setiap tingkatan selalu terisi murid sebaya.
  7. Tidak ada kelas khusus, kelas unggulan atau kelas akselerasi murid-murid pintar.
  8. Siswa pintar Ilmu Sains dan Teknologi saja yang bisa masuk Perguruan Tinggi lebih cepat.
  9. Kurikulum diperbarui 10 tahun sekali mengikuti perkembangan teknologi.
  10. Guru evaluasi siswa, dan siswa juga evaluasi guru demi manfaat pelajaran yang lebih baik.
  11. Tidak ada sekolah standar Nasional atau RSBI.
  12. Pelajar dilarang keras menggunakan kendaraan motor sendiri ke sekolah.
  13. Bangunan gedung sekolah dibuat modern, megah dan megah, komplit dengang gedung olahraga, kolam renang dan lapangan yang luas.
  14. Murid piket wajib bersihkan sekolah sebelum pulang ke rumah usai jam pelajaran.
  15. Jam belajar di sekolah mulai pukul 8 pagi sampai pukul 3 sore.
  16. Pelajar yang terlambat, wajib bikin surat pernyataan tidak terlambat lagi.
  17. Ada tiga jenis SMA, yakni full time, part time dan SMA tertulis atau terbuka.
  18. Ada 7 Jurusan di SMA: Jurusan Umum, pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, home economic, dan perawatan.
  19. Penilaian kelulusan SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil  final test, tetapi akumulasi dari nilai tes sehari-hari, ekstrakurikuler, mid test dan final test.
  20. Universitas dan Junior college memilih mahasiswa dari hasil ujian masuk serta hasil perserta belajar dari SMA



Senin, 23 September 2013



PENDIDIKAN DI KOREA SELATAN
http://coedosone.files.wordpress.com/2013/06/ppt02-2.jpg
Pendidikan dilihat sebagai aspek penting bagi keberhasilan dan persaingan di sana. Di Korea ada lima mata pelajaran utama, yaitu matematika, sains, bahasa Korea, studi sosial, dan bahasa Inggris. Biasanya pendidikan fisik / olahraga tidak dianggap penting, makanya banyak sekolah yang tidak memiliki gimnasium yang layak. Korea Selatan adalah negara pertama di Dunia yang memberikan akses internet berkecepatan tinggi di setiap sekolah.
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan umur. Bukan lewat pengetahuan, nilai, atau tes (Modelnya sama kayak di Indonesia juga. Waktu belajarnya pun sama, SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun), cuma kalau di Korea selain dilihat dari faktor usia, faktor bulan lahir juga menentukan (?) jadi maksudnya gini.
Contoh : Kai lahir 14 Januari 1994 dan Sehun lahir 12 April 1994. Meskipun mereka seumuran, tapi Kai masuk sekolah lebih dulu daripada Sehun karena bulan lahirnya lebih awal dari awal semester I tahun ajaran baru. Nah, karena Sehun lahir di bulan April, dia masuk sekolah satu tahun dibawah Kai (adik kelasnya Kai) dan bergabung dengan orang-orang yang lahir antara Maret 1994 – Februari 1995.
Tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester :
  • Semester I : awal Maret – pertengahan Juli
  • Liburan musim panas : pertengahan Juli – akhir Agustus
  • Semester II : akhir Agustus – pertengahan Februari
  • Liburan musim dingin : akhir Desember – awal Februari
  • Ujian semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan Februari (satu minggu)
  • Liburan pendek : pertengahan Februari – awal Maret


TK
TK di Korea bukan program publik / formal. TK adalah lembaga swasta yang mengajarkan bahasa Korea dan Inggris. Usia anak yang memasuki TK berkisar antara 3-7 tahun. Nah, di TK ini satu kelas bisa berisi anak-anak dengan rentan umur yang berbeda (4 tahun).
Sekolah Dasar
Sekolah dasar di Korea disebut Chodeunghakgyo ( 등학교). Sekolah dasar terdiri dari kelas 1 – 6 dengan rentan usia 7 – 13 tahun. Siswa kelas 1 – 2 belajar bahasa Korea, matematika, sains, ilmu sosial, seni, dan bahasa Inggris, sedangkan kelas 3 – 6 ditambah PE, pendidikan moral, seni praktis, dan musik.
Biasanya, guru kelas (wali kelas) yang mengajar sebagian besar mata pelajaran, kecuali bahasa asing dan olahraga.
Mereka yang ingin menjadi seorang guru sekolah dasar harus memiliki kemampuan utama dalam pendidikan dasar, yang secara khusus dirancang untuk menumbuhkan guru sekolah dasar. Di Korea, sebagian besar guru SD bekerja untuk sekolah dasar negeri.













Sekolah Menengah
Sekolah menengah disebut junghakgyo (중학교). Sekolah menengah di Korea Selatan terdiri dari tiga kelas. Sebagian besar siswa masuk pada usia 12 atau 13 dan lulus pada usia 15 atau 16. Pada umumnya sekolah menengah adalah sekolah peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Jadi di sekolah menengah pertama, siswa lebih disiplin dan harus mentaati peraturan sekolah serta lebih serius dalam pelajaran. Berbagai aspek kehidupan para siswa sangat dikontrol. Seperti di sekolah dasar, siswa menghabiskan hampir sepanjang hari di kelas yang sama dengan teman sekelas yang sama, namun siswa memiliki guru yang berbeda untuk setiap mata pelajaran. Wali kelas guru damim seonsaengnim  (담임 선생님) memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan siswa.
Sebagian besar siswa sekolah menengah mengambil enam pelajaran sehari, dan di samping ini biasanya memiliki kelas pagi yang mendahului pelajaran reguler dan pelajaran ketujuh yang mengkhususkan diri dalam subjek ekstra. Berbeda dengan sekolah tinggi, kurikulum sekolah menengah tidak berbeda jauh dari sekolah dasar. Matematika, Bahasa Inggris, Korea, studi sosial, dan ilmu pengetahuan membentuk mata pelajaran inti, dengan siswa juga menerima instruksi dalam musik, seni, PE, sejarah, etika, ekonomi rumah, teknologi, dan Hanja. Semua pelajaran reguler adalah 45 menit. Sebelum sekolah, siswa memiliki kelas tambahan 30 menit yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, menonton Sistem Siaran Pendidikan (EBS) siaran, atau untuk pribadi dan administrasi kelas.
Dalam tahun terakhir, nilai ujian sekolah menengah menjadi sangat penting bagi siswa untuk masuk ke sekolah menengah atas, bagi yang nilainya mencukupi mereka dapat masuk (SMA) sedangkan nilainya kurang, mereka masuk ke dalam (SMK).
Sekolah tinggi

Sekolah tinggi disebut Godeunghakgyo (
고등학교). Sekolah tinggi di Korea Selatan mengajar siswa dari kelas pertama (umur 15) – kelas tiga (umur 17), dan pada usia 18 atau 19. Sekolah tinggi di Korea dapat dibagi menjadi jalur khusus yang sesuai dengan minat siswa dan jalur karir. Misalnya, ada ilmu (Sains SMA), bahasa asing dan sekolah khusus seni yang siswa-nya dapat mengikuti ujian masuk yang umumnya sangat kompetitif. Tipe lain dari sekolah tinggi termasuk sekolah menengah umum dan sekolah tinggi swasta, baik dengan atau tanpa ujian masuk.
Sekolah-sekolah tinggi tidak mengkhususkan diri di lapangan, tapi lebih terfokus pada mengirim siswanya ke perguruan tinggi. Bagi siswa yang tidak ingin pendidikan tinggi, sekolah kejuruan yang mengkhususkan diri dalam bidang-bidang seperti teknologi, pertanian atau keuangan tersedia, di mana siswa bekerja setelah lulus.
Bahasa Inggris di sekolah menengah Korea sangat diperlukan untuk tujuan membantu siswa masuk universitas ternama di Korea maupun di luar negeri.

Kejuruan
Sekolah menengah kejuruan menawarkan program dalam lima bidang: pertanian, teknologi / rekayasa, perdagangan / bisnis, maritim / perikanan, dan ekonomi rumah. Pada prinsipnya, semua siswa di tahun pertama SMA (kelas 10) mengikuti kurikulum umum nasional. Dalam tahun kedua dan ketiga (kelas 11 dan 12) siswa menawarkan kursus yang relevan dengan spesialisasi mereka. Dalam beberapa program, siswa dapat berpartisipasi dalam pelatihan kerja melalui kerjasama antara sekolah dan pengusaha lokal.
Fakta-fakta Pendidikan di Korea
  • Para siswa sekolah tinggi di Korea memiliki waktu belajar dari jam 08:00 pagi sampai 09:30 atau 10:00 malam. Bayangkan, 14 jam berada di sekolah! Tujuannya agar para siswa bisa masuk ke dalam perguruan tinggi favorit karena persaingan di sana cukup tinggi. Seakan belum cukup dengan sekolah formal, para siswa biasanya juga akan menghadiri lembaga pendidikan swasta / Hagwon (학원). Ini berarti para siswa sekolah tinggi rata-rata tidak pulang sampai tengah malam. Sedangkan bagi siswa sekolah menengah, pihak sekolah masih memberi toleransi dengan waktu belajar antara 08:00 pagi sampai 04:00 sore, dengan tambahan Hagwon sepulang sekolah.
  • Di Korea ada pepatah yang mengatakan, “Guru adalah hal tertinggi selayaknya Tuhan.” Masyarakat Korea menganggap guru memegang posisi yang berharga dan tinggi karena Korea menanamkan bahwa pendidikan adalah hal yang utama. Akibatnya, Korea benar-benar menjunjung tinggi para guru. Usia pensiun mereka tidak sampai 65 thaun. Senioritas di kalangan guru dilihat melalui bayaran yang tinggi dan jam mengajar yang lebih banyak.
  • Presentasi Power Point, USB dsb adalah hal-hal dasar yang digunakan dalam sistem pembelajaran SD-SMA. Ruang kelas dilengkapi Komputer yang terhubung ke salah satu sistem proyektor overhead atau layar datar LCD.
  • Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini dilakukan agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk mengajar di berbagai sekolah yang baik atau buruk.
  • Beberapa sekolah unggulan memiliki ruang praktek teknolgi blue screen untuk membuat para siswa dapat berperan dengan layak. Ruangan itu juga dilengkapi dengan berbagai alat dan media untuk membuat akting itu terlihat nyata.
  • Hukuman fisik masih berlaku di Korea. Sistem pendidikan di sana memang sangat ketat dan keras. Bukan hal yang tabu jika guru melakukan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan muridnya. Bahkan para orang tua tidak masalah dengan peraturan itu. Hanya saja saat ini hukuman fisik itu memiliki batasan yang lebih kuat.
  • Kebersihan Sekolah adalah tanggung jawab murid. Sistem pendidikan di Korea mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap perawatan sekolah mereka. Sementara para petugas kebersihan melakukan tugas-tugas utama seperti membersihkan kamar mandi, membersihkan lorong, ruang kelas, tangga, para siswa diwajibkan memungut sampah di halaman sekolah setiap pagi sebelum bel berbunyi
  • Siswa-siswa di Korea yang tidak kuat terhadap tekanan pembelajaran banyak yang melakukan bunuh diri. Terkadang, hanya karena nilai mereka yang menurun atau tidak lulus dalam seleksi perguruan tinggi, mereka menganggap bahwa diri mereka telah gagal dan tidak memiliki masa depan yang pasti. Jadi mereka beranggapan kalau bunuh diri adalah solusi terbaik.
  • Para siswa di Korea menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Mereka belajar, makan, dan bergaul bersama. Sehingga banyak siswi yang juga membawa alat makeup ke sekolah, mereka saling membantu memoles wajah bersama. XD
  • Di Korea, wajib belajar itu cuma SD-SMP, tapi karena tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi, anak-anak mereka tetap di sekolahkan sampai jenjang paling tinggi (kuliah)
  • Saat memasuki SMA, sekolah tidak melarang siswa-siswanya memanjangkan rambut, mewarnai rambut, atau merias diri.
























KURANG lebih dua bulan lagi Ke­menterian Pendidikan Nasional akan menyelenggarakan hajat besar. Yakni menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk SMP-SMA. Meskipun kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun, akan tetapi dalam proses selalu menimbulkan kontroversi.

Polemik yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan UN adalah adanya jual beli kunci jawaban. Banyak sekali spekulan yang menjual jawaban yang tidak benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Selain itu, praktik kerja sama dan menyontek juga masih sering dilakukan siswa supaya bisa lulus ujian. Semua itu menjadi catatan buruk bagi Kemendiknas dalam penyelenggarakan UN.

Hal itu juga sering diperparah dengan adanya intervensi dari pihak terkait, terutama sekolah yang menginginkan siswanya lulus 100% dengan cara membuka soal terlebih dahulu kemudian dikerjakan guru dan jawabannya disebarkan kepada anak didik.

Kecurangan semacam itu masih sering mewarnai pelaksanaan UN tiap tahun. Alasan yang digunakan karena malu jika ada anak didik sekolah yang bersangkutan tidak lulus.
Maraknya praktik mafia dalam UN sangat memprihatinkan. Seharusnya UN dilaksanakan dengan cara-cara yang fair dan elegan, bukan dengan cara-cara yang curang.
Apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan ruh pendidikan yang mengajarkan pentingnya nilai kejujuran.

Modifikasi Soal

Langkah Kemendiknas dengan menambah jumlah paket soal yang semula dua paket menjadi lima paket patut diapresiasi.
Dengan lima paket soal yang berbeda, tentu akan mengurangi praktik jual beli jawaban UN serta meminimalikan peluang kerja sama dan aksi menyontek siswa ketika ujian berlangsung. Bukan hanya itu. Dengan modifikasi soal ujian, akan memperkecil intervensi dari berbagai pihak.

Yang terpenting saat ini harus ada sosialisasi kepada seluruh Dinas Pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta sekolah dengan adanya sistem baru yang akan diterapkan, terutama dalam hal paket soal.
Tujuannya agar siswa yang ikut UN juga mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi soal-soal yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain.
Meskipun ada pro dan kontra dalam sistem baru UN, itu adalah wajar. Jika sistem ini berhasil dan bisa menekan kecurangan dalam pelaksanaan UN, tentu akan lebih baik, dengan harapan kualitas pendidikan semakin meningkat.




SELURUH siswa, baik SD, SMP maupun SMA saat ini dituntut untuk mempersiapkan diri dengan matang guna menghadapi UN yang sebentar lagi tiba. Bagi sebagian siswa UN merupakan momok menakutkan. Karena di sinilah nasib mereka ditentukan. Lulus dan tidaknya siswa sangat bergantung pada persiapan yang dilakukan.

Begitu pentingnya UN bagi masa depan siswa, tak jarang cara apa pun akan ditempuh mereka untuk bisa lulus. Salah satu cara ditempuh adalah membeli kunci jawaban ujian dari calo UN.

Harus diakui bahwa dalam setiap pelaksanaan ujian sering muncul oknum tidak bertanggung jawab yang mengaku bisa memberikan kunci jawaban soal ujian. Kehadiran oknum calo UN tersebut tentu sangat merugikan para siswa. Bukan hanya kerugian materi, keberadaan calo UN juga akan membuat siswa kurang percaya diri dalam menghadapi ujian.

Karena itu, bagi siswa dan orang tua diharapkan selalu waspada jika bertemu dengan oknum yang mengaku bisa memberikan kunci jawaban UN. Bisa dipastikan informasi yang mereka bawa adalah bohong. Karena kunci keberhasilan lulus ujian nasional bukan terletak pada calo, melainkan dari siswa.
Ditindak Tegas
Tidak bisa kita pungkiri bahwa keberadaan oknum calo sering membuat lengah siswa dan orang tua. Apalagi bagi mereka yang berpikiran pendek dan memiliki persiapan kurang maksimal dalam menghadapi ujian. Akhirnya jalan yang ditempuh adalah membeli kunci jawaban kepada calo UN yang tingkat kebenarannya sangat diragukan.

Untuk menghindari dampak negatif akan keberadaan calo UN, langkah terbaik yang bisa diambil adalah memberikan pengertian kepada orang tua ataupun siswa agar tidak mudah terpengaruh dan percaya kepada calo UN. Khusus kepada siswa pihak sekolah dan guru diharapkan mampu memberikan motivasi agar mereka percaya diri dalam menghadapi ujian.

Di samping itu, pemerintah harus bertindak tegas kepada para calo UN. Jika ditemukan dan terbukti menjadi calo, oknum tersebut harus diberi sanksi setimpal. Misalnya dihukum penjara. Hal itu dilakukan guna memberikan efek jera kepada pelaku serta oknum yang lain agar tidak melakukan perbuatan serupa.


 PENDIDIKAN YANG ADA DI THAILAND SAAT INI

img
Sistem pendidikan di Thailand tidak beda dengan sistem pendidikan di Indonesia. Dari paparan tulisan ini adalah hasil dari interviu penulis dengan guru-guru di Thailand selama penulis di Bangkok maupun penulis lakukan dalam video calling dengan guru yang ada di Thailand. Untuk memnambah lengkapnya paparan tulisan ini penulis mengambil juga berbagai sumber dari buku maupun internet.
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand lebih menekankan   wajib belajar 12 tahun artinya bahwa usia sekolah menjadi perhatian bagi pemerintah Thailand, dengan rincian grade sebagai berikut :
  • Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
  • Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
  • Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
  • Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu komponen  sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan  yaitu :
  1. Bahasa Thai
  2. Matematika
  3. Science
  4. Ilmu sosial
  5. Agama dan Kebudayaan
  6. Bahasa asing
  7. Health dan Physical Education
  8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak.
Lima kunci sukses pendidikan di Thailand, yaitu selalu mendasarkan pada sains dan teknologi; sehingga semua produk yang dihasilkan berdasarkan pada penelitian atau riset. Hasilnya, kalau menghasilkan produk pertanian benar-benar unggul, maka tidak mengherankan kalau ada jambu atau ayam Bangkok, artinya produk yang dihasilkan benar-benar bermutu.
Keberhasilan yang dicapai juga karena profit, artinya setiap kegiatan harus memberikan keuntungan, sehingga banyak prostitusi yang dikemas dalam industri pariwisata. "Ini yang tidak perlu ditiru oleh Bangsa Indonesia, karena untuk mendapatkan pendapatan atau profit/keuntungan yang besar menghalalkan segala cara,". Karena sebagian besar daerah di Thailand banyak mengembangkan Industri pariwisata. Penduduk di Bangkok saja lebih sedikit dari wisatawan yang ada di kota tersebut. Dengan cara inilah pendapatan negara tersebut selalu surplus.
Kunci yang mendukung pendidikan yang lain value dan menjaga nilai-nilai budaya, sehingga Thailand menjadi negara bersih, tertib hukum dan disiplin, serta selalu berpegang pada ideologi yang ada dan tumbuh di Thailand. Raja sebagai wakil Tuhan, sehingga kedudukannya kuat dan ada di hati rakyatnya, dan inilah yang dapat menghidupkan living values bisa tumbuh subur di kalangan siswa sekolah di Thailand, yang menjadikan hidup itu menjadi lebih hidup. Sedangkan semua urusan politik diserahkan kepada perdana menteri.
Sistem Pendidkan  suatu negara bisa maju dan berkualitas namun membutuhkan proses yang sangat panjang.dan lama terutama dalam mendisiplinkan guru dan siswanya, pasalnya guru guru di Thailand benar-benar menfokuskan kerjanya ke satu tugas penuh waktu. Dalam masalah pendidikan di Thailand guru yang dipanggil "Kunkru" merupakan penentu keberhasilan pendidikan, yang tidak berbeda dengan Indonesia.
Semangat guru dengan penuh pengabdian sangat diperlukan bagi kita untuk bersama sama terutama dalam menghidupkan nilai-nilai hidup, sehingga hidup ini lebih bermakna. Bravo guru Indonesia, mari bercermin dengan negara lain untuk meningkat living values  education kita.