white purple white purple white purple white purple white purple white purple white purple

Senin, 23 September 2013



PENDIDIKAN DI KOREA SELATAN
http://coedosone.files.wordpress.com/2013/06/ppt02-2.jpg
Pendidikan dilihat sebagai aspek penting bagi keberhasilan dan persaingan di sana. Di Korea ada lima mata pelajaran utama, yaitu matematika, sains, bahasa Korea, studi sosial, dan bahasa Inggris. Biasanya pendidikan fisik / olahraga tidak dianggap penting, makanya banyak sekolah yang tidak memiliki gimnasium yang layak. Korea Selatan adalah negara pertama di Dunia yang memberikan akses internet berkecepatan tinggi di setiap sekolah.
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan umur. Bukan lewat pengetahuan, nilai, atau tes (Modelnya sama kayak di Indonesia juga. Waktu belajarnya pun sama, SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun), cuma kalau di Korea selain dilihat dari faktor usia, faktor bulan lahir juga menentukan (?) jadi maksudnya gini.
Contoh : Kai lahir 14 Januari 1994 dan Sehun lahir 12 April 1994. Meskipun mereka seumuran, tapi Kai masuk sekolah lebih dulu daripada Sehun karena bulan lahirnya lebih awal dari awal semester I tahun ajaran baru. Nah, karena Sehun lahir di bulan April, dia masuk sekolah satu tahun dibawah Kai (adik kelasnya Kai) dan bergabung dengan orang-orang yang lahir antara Maret 1994 – Februari 1995.
Tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester :
  • Semester I : awal Maret – pertengahan Juli
  • Liburan musim panas : pertengahan Juli – akhir Agustus
  • Semester II : akhir Agustus – pertengahan Februari
  • Liburan musim dingin : akhir Desember – awal Februari
  • Ujian semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan Februari (satu minggu)
  • Liburan pendek : pertengahan Februari – awal Maret


TK
TK di Korea bukan program publik / formal. TK adalah lembaga swasta yang mengajarkan bahasa Korea dan Inggris. Usia anak yang memasuki TK berkisar antara 3-7 tahun. Nah, di TK ini satu kelas bisa berisi anak-anak dengan rentan umur yang berbeda (4 tahun).
Sekolah Dasar
Sekolah dasar di Korea disebut Chodeunghakgyo ( 등학교). Sekolah dasar terdiri dari kelas 1 – 6 dengan rentan usia 7 – 13 tahun. Siswa kelas 1 – 2 belajar bahasa Korea, matematika, sains, ilmu sosial, seni, dan bahasa Inggris, sedangkan kelas 3 – 6 ditambah PE, pendidikan moral, seni praktis, dan musik.
Biasanya, guru kelas (wali kelas) yang mengajar sebagian besar mata pelajaran, kecuali bahasa asing dan olahraga.
Mereka yang ingin menjadi seorang guru sekolah dasar harus memiliki kemampuan utama dalam pendidikan dasar, yang secara khusus dirancang untuk menumbuhkan guru sekolah dasar. Di Korea, sebagian besar guru SD bekerja untuk sekolah dasar negeri.













Sekolah Menengah
Sekolah menengah disebut junghakgyo (중학교). Sekolah menengah di Korea Selatan terdiri dari tiga kelas. Sebagian besar siswa masuk pada usia 12 atau 13 dan lulus pada usia 15 atau 16. Pada umumnya sekolah menengah adalah sekolah peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Jadi di sekolah menengah pertama, siswa lebih disiplin dan harus mentaati peraturan sekolah serta lebih serius dalam pelajaran. Berbagai aspek kehidupan para siswa sangat dikontrol. Seperti di sekolah dasar, siswa menghabiskan hampir sepanjang hari di kelas yang sama dengan teman sekelas yang sama, namun siswa memiliki guru yang berbeda untuk setiap mata pelajaran. Wali kelas guru damim seonsaengnim  (담임 선생님) memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan siswa.
Sebagian besar siswa sekolah menengah mengambil enam pelajaran sehari, dan di samping ini biasanya memiliki kelas pagi yang mendahului pelajaran reguler dan pelajaran ketujuh yang mengkhususkan diri dalam subjek ekstra. Berbeda dengan sekolah tinggi, kurikulum sekolah menengah tidak berbeda jauh dari sekolah dasar. Matematika, Bahasa Inggris, Korea, studi sosial, dan ilmu pengetahuan membentuk mata pelajaran inti, dengan siswa juga menerima instruksi dalam musik, seni, PE, sejarah, etika, ekonomi rumah, teknologi, dan Hanja. Semua pelajaran reguler adalah 45 menit. Sebelum sekolah, siswa memiliki kelas tambahan 30 menit yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, menonton Sistem Siaran Pendidikan (EBS) siaran, atau untuk pribadi dan administrasi kelas.
Dalam tahun terakhir, nilai ujian sekolah menengah menjadi sangat penting bagi siswa untuk masuk ke sekolah menengah atas, bagi yang nilainya mencukupi mereka dapat masuk (SMA) sedangkan nilainya kurang, mereka masuk ke dalam (SMK).
Sekolah tinggi

Sekolah tinggi disebut Godeunghakgyo (
고등학교). Sekolah tinggi di Korea Selatan mengajar siswa dari kelas pertama (umur 15) – kelas tiga (umur 17), dan pada usia 18 atau 19. Sekolah tinggi di Korea dapat dibagi menjadi jalur khusus yang sesuai dengan minat siswa dan jalur karir. Misalnya, ada ilmu (Sains SMA), bahasa asing dan sekolah khusus seni yang siswa-nya dapat mengikuti ujian masuk yang umumnya sangat kompetitif. Tipe lain dari sekolah tinggi termasuk sekolah menengah umum dan sekolah tinggi swasta, baik dengan atau tanpa ujian masuk.
Sekolah-sekolah tinggi tidak mengkhususkan diri di lapangan, tapi lebih terfokus pada mengirim siswanya ke perguruan tinggi. Bagi siswa yang tidak ingin pendidikan tinggi, sekolah kejuruan yang mengkhususkan diri dalam bidang-bidang seperti teknologi, pertanian atau keuangan tersedia, di mana siswa bekerja setelah lulus.
Bahasa Inggris di sekolah menengah Korea sangat diperlukan untuk tujuan membantu siswa masuk universitas ternama di Korea maupun di luar negeri.

Kejuruan
Sekolah menengah kejuruan menawarkan program dalam lima bidang: pertanian, teknologi / rekayasa, perdagangan / bisnis, maritim / perikanan, dan ekonomi rumah. Pada prinsipnya, semua siswa di tahun pertama SMA (kelas 10) mengikuti kurikulum umum nasional. Dalam tahun kedua dan ketiga (kelas 11 dan 12) siswa menawarkan kursus yang relevan dengan spesialisasi mereka. Dalam beberapa program, siswa dapat berpartisipasi dalam pelatihan kerja melalui kerjasama antara sekolah dan pengusaha lokal.
Fakta-fakta Pendidikan di Korea
  • Para siswa sekolah tinggi di Korea memiliki waktu belajar dari jam 08:00 pagi sampai 09:30 atau 10:00 malam. Bayangkan, 14 jam berada di sekolah! Tujuannya agar para siswa bisa masuk ke dalam perguruan tinggi favorit karena persaingan di sana cukup tinggi. Seakan belum cukup dengan sekolah formal, para siswa biasanya juga akan menghadiri lembaga pendidikan swasta / Hagwon (학원). Ini berarti para siswa sekolah tinggi rata-rata tidak pulang sampai tengah malam. Sedangkan bagi siswa sekolah menengah, pihak sekolah masih memberi toleransi dengan waktu belajar antara 08:00 pagi sampai 04:00 sore, dengan tambahan Hagwon sepulang sekolah.
  • Di Korea ada pepatah yang mengatakan, “Guru adalah hal tertinggi selayaknya Tuhan.” Masyarakat Korea menganggap guru memegang posisi yang berharga dan tinggi karena Korea menanamkan bahwa pendidikan adalah hal yang utama. Akibatnya, Korea benar-benar menjunjung tinggi para guru. Usia pensiun mereka tidak sampai 65 thaun. Senioritas di kalangan guru dilihat melalui bayaran yang tinggi dan jam mengajar yang lebih banyak.
  • Presentasi Power Point, USB dsb adalah hal-hal dasar yang digunakan dalam sistem pembelajaran SD-SMA. Ruang kelas dilengkapi Komputer yang terhubung ke salah satu sistem proyektor overhead atau layar datar LCD.
  • Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini dilakukan agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk mengajar di berbagai sekolah yang baik atau buruk.
  • Beberapa sekolah unggulan memiliki ruang praktek teknolgi blue screen untuk membuat para siswa dapat berperan dengan layak. Ruangan itu juga dilengkapi dengan berbagai alat dan media untuk membuat akting itu terlihat nyata.
  • Hukuman fisik masih berlaku di Korea. Sistem pendidikan di sana memang sangat ketat dan keras. Bukan hal yang tabu jika guru melakukan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan muridnya. Bahkan para orang tua tidak masalah dengan peraturan itu. Hanya saja saat ini hukuman fisik itu memiliki batasan yang lebih kuat.
  • Kebersihan Sekolah adalah tanggung jawab murid. Sistem pendidikan di Korea mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap perawatan sekolah mereka. Sementara para petugas kebersihan melakukan tugas-tugas utama seperti membersihkan kamar mandi, membersihkan lorong, ruang kelas, tangga, para siswa diwajibkan memungut sampah di halaman sekolah setiap pagi sebelum bel berbunyi
  • Siswa-siswa di Korea yang tidak kuat terhadap tekanan pembelajaran banyak yang melakukan bunuh diri. Terkadang, hanya karena nilai mereka yang menurun atau tidak lulus dalam seleksi perguruan tinggi, mereka menganggap bahwa diri mereka telah gagal dan tidak memiliki masa depan yang pasti. Jadi mereka beranggapan kalau bunuh diri adalah solusi terbaik.
  • Para siswa di Korea menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Mereka belajar, makan, dan bergaul bersama. Sehingga banyak siswi yang juga membawa alat makeup ke sekolah, mereka saling membantu memoles wajah bersama. XD
  • Di Korea, wajib belajar itu cuma SD-SMP, tapi karena tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi, anak-anak mereka tetap di sekolahkan sampai jenjang paling tinggi (kuliah)
  • Saat memasuki SMA, sekolah tidak melarang siswa-siswanya memanjangkan rambut, mewarnai rambut, atau merias diri.
























KURANG lebih dua bulan lagi Ke­menterian Pendidikan Nasional akan menyelenggarakan hajat besar. Yakni menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk SMP-SMA. Meskipun kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun, akan tetapi dalam proses selalu menimbulkan kontroversi.

Polemik yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan UN adalah adanya jual beli kunci jawaban. Banyak sekali spekulan yang menjual jawaban yang tidak benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Selain itu, praktik kerja sama dan menyontek juga masih sering dilakukan siswa supaya bisa lulus ujian. Semua itu menjadi catatan buruk bagi Kemendiknas dalam penyelenggarakan UN.

Hal itu juga sering diperparah dengan adanya intervensi dari pihak terkait, terutama sekolah yang menginginkan siswanya lulus 100% dengan cara membuka soal terlebih dahulu kemudian dikerjakan guru dan jawabannya disebarkan kepada anak didik.

Kecurangan semacam itu masih sering mewarnai pelaksanaan UN tiap tahun. Alasan yang digunakan karena malu jika ada anak didik sekolah yang bersangkutan tidak lulus.
Maraknya praktik mafia dalam UN sangat memprihatinkan. Seharusnya UN dilaksanakan dengan cara-cara yang fair dan elegan, bukan dengan cara-cara yang curang.
Apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan ruh pendidikan yang mengajarkan pentingnya nilai kejujuran.

Modifikasi Soal

Langkah Kemendiknas dengan menambah jumlah paket soal yang semula dua paket menjadi lima paket patut diapresiasi.
Dengan lima paket soal yang berbeda, tentu akan mengurangi praktik jual beli jawaban UN serta meminimalikan peluang kerja sama dan aksi menyontek siswa ketika ujian berlangsung. Bukan hanya itu. Dengan modifikasi soal ujian, akan memperkecil intervensi dari berbagai pihak.

Yang terpenting saat ini harus ada sosialisasi kepada seluruh Dinas Pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta sekolah dengan adanya sistem baru yang akan diterapkan, terutama dalam hal paket soal.
Tujuannya agar siswa yang ikut UN juga mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi soal-soal yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain.
Meskipun ada pro dan kontra dalam sistem baru UN, itu adalah wajar. Jika sistem ini berhasil dan bisa menekan kecurangan dalam pelaksanaan UN, tentu akan lebih baik, dengan harapan kualitas pendidikan semakin meningkat.




SELURUH siswa, baik SD, SMP maupun SMA saat ini dituntut untuk mempersiapkan diri dengan matang guna menghadapi UN yang sebentar lagi tiba. Bagi sebagian siswa UN merupakan momok menakutkan. Karena di sinilah nasib mereka ditentukan. Lulus dan tidaknya siswa sangat bergantung pada persiapan yang dilakukan.

Begitu pentingnya UN bagi masa depan siswa, tak jarang cara apa pun akan ditempuh mereka untuk bisa lulus. Salah satu cara ditempuh adalah membeli kunci jawaban ujian dari calo UN.

Harus diakui bahwa dalam setiap pelaksanaan ujian sering muncul oknum tidak bertanggung jawab yang mengaku bisa memberikan kunci jawaban soal ujian. Kehadiran oknum calo UN tersebut tentu sangat merugikan para siswa. Bukan hanya kerugian materi, keberadaan calo UN juga akan membuat siswa kurang percaya diri dalam menghadapi ujian.

Karena itu, bagi siswa dan orang tua diharapkan selalu waspada jika bertemu dengan oknum yang mengaku bisa memberikan kunci jawaban UN. Bisa dipastikan informasi yang mereka bawa adalah bohong. Karena kunci keberhasilan lulus ujian nasional bukan terletak pada calo, melainkan dari siswa.
Ditindak Tegas
Tidak bisa kita pungkiri bahwa keberadaan oknum calo sering membuat lengah siswa dan orang tua. Apalagi bagi mereka yang berpikiran pendek dan memiliki persiapan kurang maksimal dalam menghadapi ujian. Akhirnya jalan yang ditempuh adalah membeli kunci jawaban kepada calo UN yang tingkat kebenarannya sangat diragukan.

Untuk menghindari dampak negatif akan keberadaan calo UN, langkah terbaik yang bisa diambil adalah memberikan pengertian kepada orang tua ataupun siswa agar tidak mudah terpengaruh dan percaya kepada calo UN. Khusus kepada siswa pihak sekolah dan guru diharapkan mampu memberikan motivasi agar mereka percaya diri dalam menghadapi ujian.

Di samping itu, pemerintah harus bertindak tegas kepada para calo UN. Jika ditemukan dan terbukti menjadi calo, oknum tersebut harus diberi sanksi setimpal. Misalnya dihukum penjara. Hal itu dilakukan guna memberikan efek jera kepada pelaku serta oknum yang lain agar tidak melakukan perbuatan serupa.


 PENDIDIKAN YANG ADA DI THAILAND SAAT INI

img
Sistem pendidikan di Thailand tidak beda dengan sistem pendidikan di Indonesia. Dari paparan tulisan ini adalah hasil dari interviu penulis dengan guru-guru di Thailand selama penulis di Bangkok maupun penulis lakukan dalam video calling dengan guru yang ada di Thailand. Untuk memnambah lengkapnya paparan tulisan ini penulis mengambil juga berbagai sumber dari buku maupun internet.
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand lebih menekankan   wajib belajar 12 tahun artinya bahwa usia sekolah menjadi perhatian bagi pemerintah Thailand, dengan rincian grade sebagai berikut :
  • Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
  • Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
  • Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
  • Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu komponen  sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan  yaitu :
  1. Bahasa Thai
  2. Matematika
  3. Science
  4. Ilmu sosial
  5. Agama dan Kebudayaan
  6. Bahasa asing
  7. Health dan Physical Education
  8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak.
Lima kunci sukses pendidikan di Thailand, yaitu selalu mendasarkan pada sains dan teknologi; sehingga semua produk yang dihasilkan berdasarkan pada penelitian atau riset. Hasilnya, kalau menghasilkan produk pertanian benar-benar unggul, maka tidak mengherankan kalau ada jambu atau ayam Bangkok, artinya produk yang dihasilkan benar-benar bermutu.
Keberhasilan yang dicapai juga karena profit, artinya setiap kegiatan harus memberikan keuntungan, sehingga banyak prostitusi yang dikemas dalam industri pariwisata. "Ini yang tidak perlu ditiru oleh Bangsa Indonesia, karena untuk mendapatkan pendapatan atau profit/keuntungan yang besar menghalalkan segala cara,". Karena sebagian besar daerah di Thailand banyak mengembangkan Industri pariwisata. Penduduk di Bangkok saja lebih sedikit dari wisatawan yang ada di kota tersebut. Dengan cara inilah pendapatan negara tersebut selalu surplus.
Kunci yang mendukung pendidikan yang lain value dan menjaga nilai-nilai budaya, sehingga Thailand menjadi negara bersih, tertib hukum dan disiplin, serta selalu berpegang pada ideologi yang ada dan tumbuh di Thailand. Raja sebagai wakil Tuhan, sehingga kedudukannya kuat dan ada di hati rakyatnya, dan inilah yang dapat menghidupkan living values bisa tumbuh subur di kalangan siswa sekolah di Thailand, yang menjadikan hidup itu menjadi lebih hidup. Sedangkan semua urusan politik diserahkan kepada perdana menteri.
Sistem Pendidkan  suatu negara bisa maju dan berkualitas namun membutuhkan proses yang sangat panjang.dan lama terutama dalam mendisiplinkan guru dan siswanya, pasalnya guru guru di Thailand benar-benar menfokuskan kerjanya ke satu tugas penuh waktu. Dalam masalah pendidikan di Thailand guru yang dipanggil "Kunkru" merupakan penentu keberhasilan pendidikan, yang tidak berbeda dengan Indonesia.
Semangat guru dengan penuh pengabdian sangat diperlukan bagi kita untuk bersama sama terutama dalam menghidupkan nilai-nilai hidup, sehingga hidup ini lebih bermakna. Bravo guru Indonesia, mari bercermin dengan negara lain untuk meningkat living values  education kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar